HOME THEATER
Hiburan
saat ini sudah mulai bergeser menjadi kebutuhan primer. Sibuknya pekerjaan,
padatnya lalu lintas membuat kita menjadi cepat lelah dan stress. Salah satu
hiburan yang dapat membuat kita rileks adalah menonton film. Namun, nonton di
bioskop juga ada beberapa kendala, jalan menuju bioskop yang macet, dan jadwal
pemutaran yang sudah ditentukan waktunya. Nah, bagaimana kalau kita memiliki bioskop sendiri di rumah? Tentu
mengasyikan.
Memiliki bioskop
sendiri di rumah (biasa disebut home theater atau home
cinema) memang menyenangkan. Kita bisa menonton film apa saja, harinya bebas,
waktunya bebas, dan bisa bersama-sama keluarga. Memang bagi penikmat film
bioskop seperti saya, menonton di bioskop tetap tidak dapat dikalahkan walaupun
memiliki home cinema dengan peralatan canggih dan mahal sekalipun. Menonton di
bioskop memiliki suasana tersendiri, mengantri tiket, beli pop corn, layar yang
besar sekali, dan serius menonton. Sebelum menonton siap-siap ke toilet dulu
supaya pas nonton di dalam gedung bioskop tidak terganggu, karena pemutaran
film di bioskop tidak bisa kita pause bukan? Berbeda dengan di rumah, kita bisa
pause dulu film kalau kebelet ingin buang air. Atau kalau ada adegan yang
kurang menarik, film bisa kita fast forward.
Nah,
apa saja yang harus dipersiapkan untuk membangun home cinema di rumah kita?
Pertama kita harus tentukan home cinema kita mau dibangun seperti apa? Home
cinema terbagi menjadi dua kategori.
1. Real Home Cinema
2. Multifunction Home Cinema
1. Real Home Cinema
2. Multifunction Home Cinema
Real Home Cinema.
Jenis
home cinema ini kita bangun dengan menyiapkan sebuah ruangan khusus yang 100%
tertutup dan gelap, persis seperti di bioskop, tanpa ada sumber cahaya lain
selain lampu, dan tidak ada jendela. Ruangan dibuat sound proof, sehingga
ketika memutar film, tetangga kita tidak akan ngomel-ngomel. Supaya kualitas
suaranya bagus, dinding home cinema ini kita treatment dengan panel akustik.
Untuk
menampilkan gambar kita pergunakan screen dan projector, baik itu LCD maupun
DLP. Projector CRT sekarang sudah sekali digunakan karena ukurannya besar dan
sulit pada saat kalibrasi. Mengapa tidak dipergunakan televisi LCD/Plasma?
Alasan utamanya adalah belum ada televisi yang berukuran di atas 100” yang
harganya masuk akal. Sedangkan real home cinema biasanya paling tidak
menggunakan screen berukuran 110”.
Penggunaan
screen dan projector juga membuat kita flexible dalam menonton. Seperti kita
ketahui ada 3 aspect ratio yang paling sering digunakan dalam tayangan
gambar/film. Pertama 4:3, ini adalah tayangan standar untuk siaran televisi
konvensional. Kedua 16:9, ini adalah tayangan standar untuk siaran HDTV, dan
beberapa film layar lebar. Ketiga cinemascopic 2,35:1 yang lebih lebar lagi.
Ini biasanya digunakan oleh film-film layar lebar.
Penggunaan
televisi LCD/Plasma akan membuat film 4:3 dan 2,35:1 kalau diputar akan ada
black bar di sisi kiri dan kanan (4:3), atau sisi atas dan bawah (16:9). Sedangkan
jika kita menggunakan screen, sudah tersedia screen yang dilengkapi dengan
masking screen. Masking ini semacam tirai berwarna hitam yang akan menutupi
layar sehingga membentuk aspek rasio yang kita inginkan, persis seperti di
bioskop.
Penggunaan
screen memungkinkan kita memasang speaker center tepat di tengah-tengah layar
jika kita pergunakan layar jenis microperforated, yaitu layar yang memiliki
lubang-lubang sangat kecil. Sehingga suara yang dihasilkan oleh loudspeaker
tetap bisa menembus layar. Mengapa ini menjadi pertimbangan? Peletakan speaker
di tengah layar akan membuat kualitas stage vokal pemain film menjadi bagus.
Suara vokal akan datang dari tengah layar, bukan dari atas atau bawah layar.
Hal ini yang sulit diperoleh kalau kita menggunakan LCD/Plasma display.
Penggunaan
projector juga membuat kita flexible dalam memilih aspek rasio gambar. Beberapa
projector LCD/DLP bahkan dilengkapi dengan kemampuan mengganti lensa secara
elektronis, dari lensa biasa menjadi lensa anamorphic. Lensa anamorphic biasa
digunakan di bioskop-bioskop, yang akan me-squeeze film menjadi lebar dan
sesuai rasionya. Perlu anda ketahui, pada umumnya bioskop menggunakan film 35
mm dengan aspek rasio 4:3. Untuk film dengan aspek rasio lebar, gambar di
mampatkan menjadi 4:3, akibatnya gambar menjadi gepeng, pemain film terlihat
kurus. Nah pada saat diputar, digunakan lensa anamorphic, sehingga gambar
menjadi normal kembali.
Multifunction Home
Cinema
Jenis
home cinema ini tidak dibuatkan ruangan khusus. Biasanya mengambil tempat di
ruang keluarga. Tentu akan ada banyak sumber cahaya lainnya, dari jendela,
kaca, pintu,d dll. Oleh karena itu tampilan gambar biasanya menggunakan
televisi/display plasma atau LCD display. Proyektor dan screen tidak lagi bisa
dipergunakan karena polusi cahaya ini.
Multifunction
Home Cinema ini sesuai namanya biasanya multiguna. Bisa untuk menonton tayangan
siaran televisi, nonton film, bermain game, mendengarkan musik, karaoke, dll.
Manfaat yang dirasa dari home cinema jenis ini adalah biaya yang bisa ditekan,
karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan ruangan khusus. Kemudian
bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan tadi.
Kelemahannya
adalah kita tidak dapat memasang volume suara yang keras. Padahal sebagian
kenikmatan menonton terutama film action adalah efek suaranya. Kelemahan
lainnya adalah sampai saat ini kita belum bisa mendapatkan tayangan gambar
super lebar, karena televisi yang tersedia (plasma/LCD) dengan harga yang cukup
terjangkau adalah 62”.
Kelemahan
lainnya adalah kualitas suara yang agak sulit diatur. Ruang keluarga belum
tentu berbentuk persegi teratur, mungkin ada bidang yang miring, lorong, tidak
simetris, dll. Kemudian ada elemen lainnya, seperti kaca yang menyebabkan
pantulan suara, Diperlukan setting yang lebih complicated dan harus mau
berkompromi soal kualitas suara.
Persiapan
perlengkapan.
Baik Real atau Multifunciton Home Cinema peralatannya pada dasarnya terdiri dari:
Baik Real atau Multifunciton Home Cinema peralatannya pada dasarnya terdiri dari:
- Ruangan (baik ruang khusus maupun ruang serbaguna/keluarga)
- Sumber suara dan gambar (DVD, BluRay, CD, radio, iPod, PS3, dll)
- Multichannel Amplifier (berprosesor Dolby Digital atau DTS).
- Speaker Multichannel (minimal 5 speaker, dan satu subwoofer)
- Penampil gambar (screen dan proyektor, atau televisi/display plasma/LCD)
1.
Ruangan
Untuk Real Home Cinema paling tidak ruangan yang sudah lumayan nyaman minimal adalah 4 x 6 meter. Untuk menambah kenikmatan menonton, bisa pergunakan kursi/sofa yang khusus didesain untuk home cinema. Beberapa kursi ada yang reclining dan ada sandaran buat kaki. Sandaran tangan ada yang dilengkapi dengan lubang untuk menaruh minuman. Untuk Multifunction Home Cinema, pilihan sofa keluarga lebih baik.
Untuk Real Home Cinema paling tidak ruangan yang sudah lumayan nyaman minimal adalah 4 x 6 meter. Untuk menambah kenikmatan menonton, bisa pergunakan kursi/sofa yang khusus didesain untuk home cinema. Beberapa kursi ada yang reclining dan ada sandaran buat kaki. Sandaran tangan ada yang dilengkapi dengan lubang untuk menaruh minuman. Untuk Multifunction Home Cinema, pilihan sofa keluarga lebih baik.
Jika
kita punya dana lebih, soundproofing dan acoustics treatment bisa
dipertimbangkan, khususnya jika kita membangun Real Home Cinema
2.
Sumber suara dan gambar.
Untuk kualitas gambar terbaik, BD player (Blu-Ray Disc) saat ini adalah pilihan terbaik. Kalau untuk multifunction, pertimbangkan juga source berupa radio, iPod, atau PS3. Tambahan receiver/dekoder siaran TV satelite membuat kita bisa menonton. Jika sudah tersedia di daerah anda, langganan siaran HDTV/Pay TV boleh dipertimbangkan.
Untuk kualitas gambar terbaik, BD player (Blu-Ray Disc) saat ini adalah pilihan terbaik. Kalau untuk multifunction, pertimbangkan juga source berupa radio, iPod, atau PS3. Tambahan receiver/dekoder siaran TV satelite membuat kita bisa menonton. Jika sudah tersedia di daerah anda, langganan siaran HDTV/Pay TV boleh dipertimbangkan.
3.
Multichannel Amplifier.
Pilih
amplifier yang sudah memiliki dekoder Dolby Digital atau DTS. Sekurangnya sudah
mendukung tata suara 5.1 channel. Untuk memperoleh kualitas suara yang prima,
boleh memilih amplifier yang sudah mendapat sertifikasi THX dari Lucas Film.
Namun tentunya, kualitas THX akan maksimal jika hampir seluruh peralatan
mendukung standarisasi THX, termasuk ruangan. Khusus untuk multifunction home
theater, pertimbangkan untuk memilih amplifier yang bisa menerima input source
banyak, bisa memasang DVD, CD, Video Aux, Satelite TV, PS3, dan mungkin anda
perlu memilih amplifier yang ada fasilitas dock buat iPod.
Penjelasan
tentang teknologi Dolby Digital, DTS, dan THX, akan saya sampaikan pada
kesempatan lainnya.
4.
Speaker multichannel
Konfigurasi
minimal adalah 5 buah speaker dan satu buah subwoofer. Untuk kualitas yang
baik, bisa memilih speaker denga sertifikasi THX. Ada banyak pilihan untuk
speaker ini. Anda bisa memilih yang berukuran kecil (satelite speaker) plus
subwoofer, atau bisa juga memilih speaker standing floor plus subwoofer.
Konfigurasi
pemasangan speaker multichannel adalah tiga di depan, dan dua di belakang/samping
tempat duduk. Subwoofer bisa disimpan di pojok ruangan. Untuk ruangan Real Home
Cinema, penempatan speaker ini bisa sangat rapi, karena kabel dan lain-lain
bisa disembunyikan di balik panel acoustic treatment. Untuk ruangan
multifunction, kita harus pandai-pandai mengatur perkabelan. Mungkin untuk
speaker kecil kita perlu menambahkan stand. Kemudian penempatan speaker pada
multifunction juga kadang mengharuskan kita kompromistis. Tidak selalu didapat
yang ideal.
Konfigurasi
penempatan tata suara 6.1 channel
5.
Penampil Gambar
Untuk
Real Home Cinema, saya sangat merekomendasikan penggunaan screen dan projektor.
Ukurannya disesuaikan dengan ruangan yang dibangun. Paling tidak ukuran 100” ke
atas sudah memadai untuk screen. Ada banyak pilihan tipe dari screen ini, mulai
dari yang sekedar putih, sampai yang silver dan memiliki semacam
butiran-butiran kaca untuk memperkuat kualitas gambar. Screen silver/gray
memiliki keunggulan dalam menampilkan contrast rasio. Gambar hitam akan lebih
hitam, tetapi yang putih tetap terjaga. Screen yang bagus memiliki faktor gain
atau penguatan. Tanyakan kepada penjual, berapa faktor gain yang dimiliki oleh
screen yang dia jual. Semakin tinggi faktor gain, semakin banyak cahaya dari
proyektor yang dipantulkan kembali ke mata kita.
Untuk
proyektor, pilihlah yang memiliki resolui HD (High Definition), yaitu 1920 x
1080. Pilih juga yang tipe progressive, bukan interlace. Pilihan teknologinya
bisa berupa LCD (Liquid Crystal Display) atau DLP (Digital Light Processing).
Sekarang sudah tersedia teknologi 3 LCD atau 3 Chip DLP, yang akan semakin menambah
kualitas gambar. Beberapa proyektor kelas tinggi (hi-end) memiliki koneksi yang
dapat mengontrol layar. Misalnya ketika proyektor dihidupkan, layar akan turun,
tirai akan bergerak kepinggir, dll. Ada pula proyektor yang disertai kemampuan
berganti lensa layaknya proyektor di bioskop. Salah satunya adalah Runco.
Untuk
ruangan Multifunction Home Cinema, saya menganjurkan untuk menggunakan
LCD/Plasma display. Namun, keterbatasan ukuran membuat kita juga terbatas dalam
menikmati gambar. Ukuran 42” saat ini sudah mencapai titik keekonomian. Di atas
itu, masih mahal dan belum signifikan perbedaan kualitas gambarnya. Sama halnya
untuk LCD/Plasma Display, pilih yang bisa menampilkan resolusi hi-definition
(1920 x 1080).
Sumber:
eepinside.com
ARTIKEL HOME THEATER
Rahmad hidayat
indra
Xi av
46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar